logoPreloader

Latest Trend

TIPS MEMBUAT CROISSANT ANTI GAGAL

Croissant berasal dari bahasa prancis yang memiliki arti bentuk sabit atau bulan sabit karena memiliki bentuk sudut setengah lingkaran layaknya bulan sabit. Croissant memiliki karakteristik, Buttery (mengandung butter/fat), Flaky (berlapis dan renyah), memiliki rasa sedikit manis tergantung filling dan topping yang digunakan. Sehingga kesimpulannya Croissant adalah panganan sejenis roti yang memiliki lapisan lemak dan menggunakan ragi sebagai pengembang.

Berikut bahan yang dibutukan untuk membuat dasar croissant dan teknik pembuatannya :

  1. Tepung Terigu
    Gunakan tepung terigu dengan kadar protein tinggi (hard flour) agar gluten yang terbentuk lebih kuat karena kandungan protein yang tinggi. Beberapa resep croissant memakai campuran tepung protein sedang dengan tujuan ketika croissant dingin, teksturnya tetap empuk, namun proses pengembangan dan tingkat kepadatan croissant menjadi kurang maksimal.
  2. Lemak (fat for laminating)
    Umumnya Croissant menggunakan  butter yang khusus dibuat untuk proses laminasi, lemak ini memiliki sifat tidak mudah patah dan beku pada suhu dingin. Namun, karena mahalnya butter khusus tersebut, di Indonesia banyak produsen margarine salah satunya yang di produksi oleh Sinar Mas Agribusiness & Food yang mengeluarkan product Margarine for laminating, terdapat jenis fat yang berasal dari Brand Filma, yaitu Filma Puff Pastry yang terbuat seluruhnya dari minyak nabati pilihan yang telah dimurnikan. Dikembangkan khusus untuk pembuatan adonan puff pastry, memiliki plastisitas dan titik leleh yang baik sehingga dapat menghasilkan lapisan optimal pada puff pastry, dimana dengan lapisan yang optimal maka menghasilkan tekstur yang renyah setelah dipanggang. Cocok Untuk: Puff Pastry berkualitas Seperti: Zuppa Soup, saucijs Brood, Picnic Roll, Vols au Vent, Cheese Stick, dan aplikasi lainnya.
  3. Tingkat elastisitas
    Tingkat elastisitas dan ke-kalisan adonan croissant berbeda dengan roti pada umumnya, proses pengadukan (kneeding) adonan croissant dihentikan ketika sudah mencapai 1/2 kalis atau 2/3 kalis tergantung resep yang digunakan. Intinya adonan croissant tidak boleh sepenuhnya kalis, karena ketika masuk proses laminasi adonan akan sulit ditipiskan karena tingkat elastisitas yang tinggi. Parahnya lagi adonan akan robek karena dipaksa untuk ditipiskan.
  4. Suhu dingin
    Usahakan baik pada proses kneeding ataupun ketika laminasi dan membentuk croissant, dikerjakan pada ruangan yang dingin berkisar 18-20 derajat celcius, agar ragi (yeast) tidak aktif pada saat pra produksi, ragi hanya boleh aktif ketika croissant sudah dibentuk dan siap panggang. Gunakan air dingin untuk menjaga suhu adonan tetap rendah, suhu yang rendah juga menjaga tingkat elastisitas adonan croissant. Jangan terlalu sering menyentuh adonan croissant, karena panas tubuh kita akan tersalur kepada adonan croissant, utamakan kecepatan dan ketepatan pada saat proses awal sampai akhir pembuatan croissant.
  5. Laminasi
    Proses laminasi adalah proses melipat adonan croissant yang sudah diberikan lemak yang dibentuk lembaran(seukuran dengan adonan) kemudian adonan croissant dilebarkan (dibentuk lembaran) dengan ketebalan 2-3 Cm dan disatukan dengan lemak laminasinya.
    Kemudian adonan diistirahatkan pada suhu dingin, Umumnya ditaruh difreezer atau chiller selama 5 menit dengan tujuan agar adonan kembali rileks (lemas) dan menjaga suhu adonan tetap rendah. Sehingga mempermudah proses penipisan adonan. Setelah ditipiskan adonan ditumpuk kembali dengan sisi kiri dan kanan kebagian tengah (seperti melipat kain) sebanyak 3 kali.
  6. Pembentukan (shaping)
    Proses pembentukan croissant umumnya dimulai dengan menipiskan adonan dengan ketebalan 2-3 Cm (sesuai selera) kemudian potong dengan bentuk segitiga sama kaki disarankan memanjangkan bagian segitiganya agar layer yang tercipta lebih banyak. Setelah terbentuk adonan segitiga gulung dari bagian kaki setiga keatas (bagian lancip segita) gulungan harus padat agar croissant tidak terbuka atau berongga pada bagian lapisannya.
  7. Pengembangan (proofing)
    Proses pengembangan croissant disarankan menggunakan proofing room atau chamber yang sedikit lembab dengan suhu berkisar 30-40 Derajat celcius. Jika tidak memiliki proofing equipment maka cukup diamkan croissant pada suhu ruangan (30-34 C) dan tutup adonan croisaant yang sudah ditempatkan di loyang dengan plastik bening dengan tujuan menjaga kadar kelembaban croissant.
  8. Pemanggangan (baking)
    Croissant dipanggang dengan suhu 200-220 Derajat celcius selama 10 menit kemudian turunkan suhu manjadi 180 Derajat celcius selama 15-20  menit hingga matang. Suhu diturunkan dengan tujuan untuk mematangkan bagian dalam croissant tanpa harus membuat gosong bagian luarnya.
  9. Pendinginan (cooling)
    Taruh croissant yang telah matang ke cooling wire atau wadah apapun yang memiliki rongga dan memberikan jarak. Dengan tujuan agar croissant cepat dingin dan tidak ber-embun.

Sahabat Filma dapat mempraktekkan resep simple Croissant yang terdapat di website https://filmapro.co.id/recipe/detail/croissant atau di instagram chef Filma @ernestauditya
 

Selamat Mencoba !

Artikel Terkait

Komentar (0)
Belum terdapat komentar pada halaman ini.